Sabtu, 19 Januari 2013

kisahku di awal 2013

Selasa 8 januari 2013.

Penyakitku kambuh lagi untuk kesekian kalinya. Sebenarnya sejak seminggu sebelum liburan berakhir, aku memang sudah dalam kondisi drop.

Iya… aku menghabiskan liburan dalam keadaan yang mungkin cukup menyedihkan. Hanya bisa tidur tanpa bisa bebas melangkahkan kaki. Aku memang bukan orang yang bisa tidur diam dan tenang. Jadi menyuruhku bedrest total sama saja seperti mengikat kakiku…

Dan akhirnya senin pertama kembali ke kampus pun tiba. Aku masuk ke kelas berusaha sekuat mungkin dan menyimpan segala sakitku. Tetapi dua saudara angkatku nisa dan kiki sadar kalo aku sudah sangat pucat. Mereka bertanya apa aku baik2 saja? Aku bilang kalau aku tidak apa2.

Waktu berlalu terasa begitu lama. Jam baru menunjukkan pukul 10 tetapi rasanya hari terasa sangat panjang. Tak lama aku merasa nyeri yang sangat luar biasa di perutku… aku sampai tidak bisa mengeluarkan suara saat menahan sakitnya. Dan beberapa menit kemudian, darah segar mengalir deras dari organ intim. Ini memang seperti menstruasi biasa. Itulah anggapan sebagian besar orang yang mengenalku. Tetapi sebenarnya menstruasiku ini abnormal. Hanya orang terdekatku yang mengetahui hal ini.

Hampir 2 tahun lamanya aku mengalami ini. Menstruasi dengan frekuensi 3-4x setiap bulannya, dan setiap kali menstruasi bisa sampai 8-10 hari. Kata dokter, salah satu ovariumku mengidap polip dan disarankan aku memang harus dioperasi. Kemungkinan terburuk, ovarium yang bermasalah itu bisa jadi diangkat dan selamanya aku bukan lagi wanita normal karena kemungkinan aku hamil dan memiliki anak hanya tinggal 50% dari perempuan sehat. Tetapi waktu dan keadaan belum memungkinkan. Jadwal kuliah yang padat, juga prioritas keluarga ada yang lebih mengkhawatirkan. Maka aku selama ini hanya minum obat pereda nyeri dan obat penghentian darah.

Kembali lagi ke kondisi terakhirku di hari senin pertama masuk kampus, jam 11 pagi, dosen belum juga masuk dan mengajar. Darah yang mengalir semakin banyak. Aku terkejut saat bangun dari kursi, kursi itu sudah penuh dengan darah. Aku malu dan sedih. Tetapi 2 saudara angkatku juga seorang teman baikku intan tiara membantu membersihkannya dan mengatakan itu bukanlah hal yang memalukan.

Aku menelpon adikku minta dibawakan celana dan pembalut yang baru. Aku merasa agak aman karena memakai dobel balutan. Tetapi pukul 16.00 darah kembali merembes dan semakin banyak. Akhirnya aku diantar pulang oleh Inersia pacarku. Aku sampai kasihan dengan jok Moti (moti itu nama yang kuberikan untuk motor pacarku) yang sampai berceceran darah segar. Padahal aku sudah berupaya mengalasinya dengan jas almamater sebelum kududuki.

Keesokkan harinya, nisa bilang aku makin pucat. Tetapi aku masih berusaha kuat. Aku gakmau terlihat lemah. Namun semakin lama aku makin tak kuat. Jam 12 siang aku pingsan sebanyak 2x di ruang kelas 2b yang kosong. Tak lama aku sadar dan berusaha bangun. Berjalan ke perpustakaan. Disana ada nisa dan kiki yg sibuk mengerjakan tugas. Aku terdiam tak bicara, akhirnya aku keluar dan duduk di kursi dekat ruang perpustakaan. Nyeri perut semakin menjadi. Aku pun pingsan lagi.

Aku baru sadar ketika kudengar suara intan tiara memanggilku. Dia menepuk pipiku membangunkanku tapi aku tidak bisa membuka mata. Intan pun berteriak dan memanggil nisa dan kiki. Mereka menelpon Iyan agar aku diantar pulang.

Yang lebih menyakitkan disaat itu, aku yang tidak bisa bangun dan bergerak apalagi berjalan diperlakukan sangat tidak manusiawi oleh salah seorang dosen. Beliau tidak mau meminjamkan seprai bantal dan selimut agar aku bisa berbaring sementara sebelum bisa kuat untuk pulang dengan alasan merasa capek dan malas jika harus melaundry ulang seprai selimut sarung bantal yang kotor…

10 menit setelah iyan datang aku bukannya membaik malah memburuk. Akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit. Dirawat satu hari dan bedrest total dirumah sampai tiga hari.

Di perjalanan menuju rumah sakit, aku merasa sangat dekat dengan kematian… disaat-saat itu juga hanya satu yang terpikirkan olehku. Aku bilang sama nisa, aku gak ingin mati. Aku ingin hidup seratus tahun lagi. Tapi kalau aku tak bisa bertahan, aku ingin nisa sampaikan ke borealis kalau aku sangat mencintainya. Aku ingin minta maaf karena sudah hadir dan mengganggu hidupnya dengan perasaan cintaku. Dan aku ingin dia menemuiku sebelum aku pergi. Agar sekali saja sebelum aku pergi, dia ada disampingku menemani aku.

Selama tiga hari bedrest aku mensugest diri habis2an. obat berbutir2 kuanggap itu penyambung hidup. Meski tidak sembuh, tetapi sekarang akhirnya aku sudah membaik. Dan aku bahagia, walau hanya sesaat aku bisa kembali bertatapan mata dengan borealis. Aku sangat rindu dia… dalam sebulan ini hanya bisa melihatnya 3x. itu pun hanya beberapa detik. Tak apa… itu pun sudah sangat menyembuhkan rinduku…

Tak lama lagi kuliah akan berakhir. Aku takkan lagi bisa bertemu dia karena pasti dia akan kembali ke kota kelahirannya di singkawang. Jadi saat ini meski hanya sebentar2… tetapi harus bisa memuaskan hati untuk kerinduan panjang dimasa akan datang.

Tuhan… izinkan aku terus bisa melihatnya sebelum ia benar2 meninggalkanku…

Tidak ada komentar: