Malam ini penyakitku kambuh lagi... kali ini serangannya datang tiba-tiba saat aku lagi dijalan dengan salah satu sohibku Bernadeta sepulang jalan dari Atrium Senen. Jujur, aku pribadi semakin takut karena intensitas kekambuhannya sekarang-sekaran ini semakin sering.
Entah karena faktor stress akibat dinas yang selalu pindah2 tempat selama hampir 9 minggu ini, atau memang prognosis penyakit yang memang semakin buruk karena pengobatanku terhenti semenjak tugas kuliah yang semakin padat dan juga asma bronkhial-ku yang makin sering kambuh.
Sejak kecil memang aku cukup rentan sakit... tapi buatku, sakit yang ini benar2 membuatku sedih dan harus mengubah cita2ku untuk selama-lamanya...
Kurang lebih satu setengah tahun yang lalu aku mengalami dismenore. Sebuah keadaan dimana menstruasi terjadi lebih dari sekali dalam sebulan. Bahkan waktu itu aku sampai harus mendapat suntikan pembekuan darah karena mengalami hemoragik.
Empat bulan setelah keluhan itu muncul, aku periksa ke dokter. Di USG lalu divonis mengalami kista endometriosis. Aku terhenyak mendengarnya. Berbagai ketakutan mucul dibenakku. Aku sering mendengar tentang hal2 buruk berkaitan dengan kista. Sulit memiliki keturunan, mengganas menjadi kanker, atau yang terburuk malah harus pengangkatan rahim... benar2 membuatku sangat takut...
Aku pun mencoba second opinion. Kali ini dengan peralatan yang lebih canggih di rumah sakit yang berbeda. Tetapi diagnosa malah semakin menyedihkan. Aku bukan hanya mengalami kista tetapi juga ada polip di dalam rahim. Dan hal itulah yang menyebabkan terjadinya dismenore saat polip tersebut berkontraksi.
Ada beberapa cara pengobatan memang. Salah satunya melalui operasi. Tapi aku takut malah semakin membuat nyeri akibat insisi pembedahan. Cara lain dengan terapi sinar juga sama saja. Terakhir, dengan cara cured. Itu yang paling aman tetapi belum bisa dilakukan karena aku masih perawan dan belum menikah... dan selama hal itu belum dapat dilakukan maka hanya obat pereda nyeri serta terapi obat hormonal yang bisa dilakukan.
Sedih tentu pasti... dimana cita2ku begitu jauh dan tinggi. Impianku mejnadi relawan tenaga kesehatan di tempat bencana otomatis tak kan lagi kukejar. Kuliah setinggi mungkin pun rasanya entah masih bisa kukejar atau tidak. Bagaimana mungkin hal itu bisa kuraih kalau dengan beban pikiran dan kelelahan sedikit saja, kontraksi hebat menyerang.
Bunda bilang, aku harus menikah secepat mungkin biar aku bisa dikuret... setidaknya kalau pun ada hal yang buruk setidaknya aku sudah bisa mendapat tindakan yang lebih lanjut.
Dan kalau ada orang yang sangat ingin kunikahi, tentu aku sangat ingin menikah dengan Aurora Borealis. Aku mencintainya tetapi dengan menjadi kekasih yang sah di mata Tuhan dengannya. Karena saat ini dialah satu yang menghilangkan keraguanku. Dimana bahkan pacarku sendiri tak mampu menghilangkan keraguan itu. Pacarku yang walau mengatakan serius bersamaku tetapi menganggap pernikahan itu masih hal yang sangat jauh dari pikirannya saat ini.
Dan aku mencintai Aurora Borealis... dengan cinta yang tulus namun mungkinkah kan bersatu? Dimana setiap kulihat matanya, ia tak pernah melihat kearahku. Mungkinkah aku kelak menjadi ibu dari anak2nya sementara aku sendiri tak yakin mampu memberikannya dengan keadaanku yang begini? Siapa juga yang mau memiliki nasib suram tak tahu bisa miliki keturunan atau tidak. Aku tak punya banyak lagi waktu. Aku takut aku tak bertahan...
Kadang aku berandai melihatnya berdiri di pintu halaman rumahku. Menemui ayah tuk memintaku sebagai pendampingnya. Tetapi mungkinkah? Lelaki mana yang mau menikah muda demi seorang perempuan penyakitan yang mengganggu hidupnya?
Aku tak minta apa2... bagiku taklah penting tentang kemapanan. Kalaupun aku meminta, aku hanya ingin dia menjadi Imam yang baik yang senantiasa bersujud kepada-Nya, tak terlena dengan dunia...
Mungkinkah ya ALLAH?
Waktu tak menunggu...
Hari semakin senja...
Kamu sang pengisi hati...
Katakanlah aku harus apa.
Rasanya aku mulai gila dimainkan rasaku sendiri
Kamis, 28 Juni 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar